Penata Anestesi Gresik

DIAGNOSTIK PENATA ANESTESI 

RESPIRATORY

RESPIRATORY

Pernapasan (atau ventilasi) adalah proses menggerakkan udara masuk dan keluar dari paru-paru untuk memfasilitasi pertukaran gas dengan lingkungan internal tubuh, terutama dengan memasukkan oksigen dan membuang karbon dioksida.
Semua makhluk aerobik membutuhkan oksigen untuk respirasi seluler, yang menggunakan oksigen untuk memecah makanan untuk mendapatkan energi dan menghasilkan karbon dioksida sebagai produk buangan. Pernapasan, atau "respirasi eksternal", membawa udara ke paru-paru tempat pertukaran gas terjadi di alveolus melalui difusiSistem peredaran darah tubuh mengangkut gas-gas ini ke dan dari sel-sel, tempat "respirasi seluler" terjadi.
Pernapasan semua vertebrata yang memiliki paru-paru terdiri dari siklus berulang inhalasi dan ekshalasi melalui sistem tabung atau saluran udara bercabang yang mengarah dari hidung ke alveolus. Jumlah siklus pernapasan per menit adalah laju respirasi, dan merupakan salah satu dari empat tanda vital utama kehidupan. Dalam kondisi normal, kedalaman dan laju pernapasan dikendalikan secara otomatis dan tidak sadar oleh beberapa mekanisme homeostatis yang menjaga tekanan parsial karbon dioksida dan oksigen dalam darah arteri konstan. Menjaga tekanan parsial karbon dioksida dalam darah arteri tidak berubah di bawah berbagai keadaan fisiologis, memberikan kontribusi signifikan terhadap kontrol ketat pH cairan ekstraseluler (extracellular fluid, ECF). Pernapasan yang berlebihan (hiperventilasi) dan kurang bernapas (hipoventilasi), yang masing-masing menurunkan dan meningkatkan tekanan parsial arteri karbon dioksida, menyebabkan kenaikan pH ECF pada kasus pertama, dan penurunan pH pada kasus kedua. Keduanya menyebabkan gejala yang menyakitkan.
Pernapasan memiliki fungsi penting lainnya. Pernapasan menyediakan mekanisme untuk wicaratawa dan ekspresi emosi yang serupa. Pernapasan juga digunakan untuk refleks seperti menguapbatuk dan bersin. Hewan yang tidak dapat melakukan termoregulasi dengan keringat, karena hewan tersebut tidak memiliki kelenjar keringat yang cukup, dapat membuang panas melalui penguapan dengan terengah-engah.

Respiratory


A. BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF

ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten. Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan seperti, batuk tidak efektif, sputum berlebih, suara napas mengi atau wheezing dan ronkhi.

ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten.

    Penyebab :
    Fisiologis :

  1. Spasme jalan napas, Efek obat anestesi
  2. Hipersekresi jalan napas.
  3. Disfungsi neuromuskuler (penurunan Kesadaran)
  4. Benda asing dalam jalan napas ( terdapat orofarink, nasofarink)
  5. Adanya jalan napas buatan (oksigenasi spontan / mekanik)
  6. Sekresi yang tertahan.
  7. Hiperplasia dinding jalan napas.
  8. Proses infeksi .
  9. Respon alergi.

    Situasional :

  1. Merokok aktif.
  2. Merokok Pasif
  3. Alkolisme
  4. Terpajan Polutan

    Gejala :

    1. Tidak bisa melakukan batuk efektif
    2. Tidak ada kemampuan untuk batuk
    3. Hipersekresi
    4. Terdapat Wheezing / Ronchi
    5. Meconium pada jalan nafas ( pediartik/Neonatus)
    6. Dyspnea
    7. Orthopnea    
    8. Difficult speak
    9. Perubahan frekuensi bicara    
    10. Perubahan pola nafas
    11. Pasien gelisah

    Kondisi Klinis Terkait 
  1. Gullian barre syndrome.
  2. Sklerosis multiple
  3. Myasthenia gravis.
  4. Prosedur diagnostik (mis. bronkoskopi, endoscopy, pemasangan ETT dan LMA)
  5. Depresi sistem saraf pusat.
  6. Head injury
  7. CVA
  8. Kuadriplegia
  9. Sindron aspirasi mekonium
  10. ISPA
    INTERVENSI
  1. Latihan Batuk Efektif
  1. Observasi
    • Identifikasi kemampuan batuk
    • Monitor adanya retensi sputum
    • Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
    • Monitor input dan output cairan ( mis. jumlah dan karakteristik)
  2. Terapeutik
    • Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
    • Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
    • Buang sekret pada tempat sputum
    • Suction bila pasien tidak sadar
  3. Edukasi
    • Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
    • Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
    • Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
    • Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke-3
  4. Kolaborasi
    • Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu

2. Manajemen Jalan Nafas

  1. Observasi
    • Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
    • Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing, ronkhi kering)
    • Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
  2. Terapeutik
    • Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma cervical)
    • Posisikan semi-Fowler atau Fowler
    • Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
    • Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
    • Lakukan hiperoksigenasi sebelum
    • Penghisapan endotrakeal
    • Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill
    • Berikan oksigen, jika perlu
  3. Edukasi
    • Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
    • Ajarkan teknik batuk efektif
  4. Kolaborasi
    • Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

3. Pemantauan Respirasi

  1. Observasi
    • Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
    • Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot, ataksik)
    • Monitor kemampuan batuk efektif
    • Monitor adanya produksi sputum
    • Monitor adanya sumbatan jalan napas
    • Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
    • Auskultasi bunyi napas
    • Monitor Vital sign
    • Monitor saturasi oksigen
    • Monitor nilai AGD
    • Monitor hasil x-ray toraks
  2. Terapeutik
    • Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
    • Dokumentasikan hasil pemantauan
  3. Edukasi
    • Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
    • Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

    DAFTAR PUSTAKA
  • Brukwitzki G, Holmgren C & Maibusch RM  (1996) Validation of the defining characteristics of the nursing diagnosis ineffective airway clearance. Nursing Diagnoses, 7, 63-69
  • Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA international Nursing Diagnoses: Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.
  • Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical surgical Nursing. Mosby: ELSIVER
  • Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

B. GANGGUAN PERTUKARAN GAS

suatu kondisi ketika individu mengalami penurunan aliran gas yang termasuk didalamnya adalah oksigen dan karbondioksida antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular di dalam tubuh.


Kelebihan atau kekuarangan oksigenasi dan atau eleminasi karbondioksida pada membran alveolus-kapiler.

Penyebab :

  1. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
  2. Perubahan membran alveolus-kapiler.

Gejala :

  1. Dispnea
  2. PCO2 meningkat / menurun.
  3. PO2 menurun.
  4. Takikardia.
  5. pH arteri meningkat/menurun.
  6. Adanya Bunyi napas tambahan.
  7. Pusing.
  8. Penglihatan kabur.
  9. Sianosis.
  10. Diaforesis.
  11. Gelisah
  12. Napas cuping hidung.
  13. Pola napas abnormal (cepat / lambat, regular/iregular, dalam/dangkal).
  14. Warna kulit abnormal ( sianosis, Pucat, Kering )
  15. Kesadaran menurun.

KONDISI KLINIS TERKAIT :

  1. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
  2. Gagal jantung kongestif.
  3. Asma.
  4. Pneumonia.
  5. Tuberkulosis paru
  6. Perfusi Paru.
  7. Penyakit membran hialin.
  8. Asfiksia.
  9. Persistent pulmonary hypertension of newborn (PPHN).
  10. Prematuritas.
  11. ISPA
  12. Keseimbangan Asam-basa.
  13. Konservasi Energi.
  14. Respons Ventilasi Mekanik ( Ventilator)
  15. Tingkat Perlirium.

INTERVENSI :

A. PEMANTAUAN RESPIRASI

  1. Observasi
    • Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
    • Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, Kusmaul, Cheyne-Stokes, Biot, ataksik)
    • Monitor kemampuan batuk efektif
    • Monitor adanya produksi sputum
    • Monitor adanya sumbatan jalan napas
    • Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
    • Auskultasi bunyi napas
    • Monitor saturasi oksigen
    • Monitor nilai AGD
    • Monitor hasil x-ray toraks
  2. Terapeutik
    • Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
    • Kolaborasi dengan dokter anestesi
    • Dokumentasikan hasil pemantauan
  3. Edukasi
    • Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
    • Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

B. TERAPI OKSIGEN


  1. Observasi
    • Monitor kecepatan aliran oksigen
    • Monitor posisi alat terapi oksigen
    • Monitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan fraksi yang diberikan cukup
    • Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. oksimetri, analisa gas darah ), jika perlu
    • Monitor kemampuan pelepasan ventilator
    • monitor kemampuan nafas spontan
    • Monitor tanda-tanda hipoventilasi
    • Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis
    • Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
    • Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
  2. Terapeutik
    • Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trachea, jika perlu
    • Pertahankan kepatenan jalan nafas
    • Berikan oksigen tambahan, jika perlu
    • Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
    • Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengat tingkat mobilisasi pasien
  3. Edukasi
    • Ajarkan untuk nafas spontan (nafas dalam)
  4. Kolaborasi
    • Kolaborasi penentuan dosis oksigen
    • Kolaborasi dengan dokter anestesi
    • Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur

DAFTAR PUSTAKA

  • Ackley, B. J., Ladwing, G. B. & Making, M. B. F. (2017) Nursing Diagnosis Handbook An Evidence-Based Guide to Planning Care. 11 Ed. St. Louis. Elseiver.
  • Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA international Nursing Diagnoses: Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.
  • Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical surgical Nursing. Mosby: ELSIVER
  • Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia


C. RISIKO ASPIRASI

Aspirasi merupakan kondisi masuknya benda asing ke dalam saluran pernapasan akibat tertelan atau terhirup. Kondisi ini menyebabkan beberapa gangguan pernapasan, seperti batuk dan kesulitan bernapas serta peradangan di paru-paru. Sekilas kondisi aspirasi mirip dengan tersedak, tapi ternyata keduanya berbeda

Resiko mengalami masuknya sekresi gastrointestinal, sekresi orofaring, benda cair atau padat ke dalam saluran trakeobronkhial akibat disfungsi mekanisme protektif saluran napas

Penyebab :

  1. Penurunan tingkat kesadaran.
  2. post extubasi
  3. Penurunan refleks muntah dan / atau batuk.
  4. Ganggunan menelan.
  5. Disfagia.
  6. Kerusakan mobilitas fisik.
  7. Peningkatan residu lambung.
  8. Peningkatan tekanan intragastrik.
  9. Penurunan motilitas gastrointestinal.
  10. Sfingter esofagus bawah inkompeten.
  11. Perlambatan pengosongan lambung.
  12. Terpasang selang nasogastrik.
  13. Terpasang trakeostomi atau endotracheal tube.
  14. Trauma / pembedahan leher, mulut, dan / atau wajah.
  15. Efek agen farmakologis.
  16. Ketidakmatangan koordinasi menghisap, menelan dan bernafas.

Kondisi Klinis Terkait :

  1. Cedera Kepala.
  2. Stroke.
  3. Cedera medula sipinalis.
  4. Guillain barre syndrome.
  5. Penyakit Parkinson.
  6. Keracunan obat dan alkohol.
  7. Pembesaran uterus.
  8. Miestenia gravis.
  9. Fistula trakeoesofagus.
  10. Strikura esofagus.
  11. Sklrerosis multiple.
  12. Labiopalatoskizis.
  13. Atresia esofagus.
  14. Laringomalasia.
  15. Prematureritas.
  16. Kontrol Mual / Muntah.
  17. Kontrol Risiko.
  18. Status Menelan.
  19. Status Neurologis.

INTERVENSI 

A. MENEJEMEN JALAN NAPAS 

  1. Observasi
    • Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
    • Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing, ronkhi kering)
    • Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
  2. Terapeutik
    • Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma cervical)
    • Posisikan semi-Fowler atau Fowler
    • Berikan minum hangat
    • Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
    • Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
    • Lakukan hiperoksigenasi sebelum
    • Penghisapan endotrakeal
    • Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill
    • Berikan oksigen, jika perlu
  3. Edukasi
    • Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
    • Ajarkan teknik batuk efektif
  4. Kolaborasi
    • Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

B. PENCEGAHAN ASPIRASI 

1. Observasi

  • Monitor tingkat kesadaran, batuk, muntah dan kemampuan menelan
  • Monitor status pernafasan
  • Monitor bunyi nafas
  • Periksa residu gaster
  • Periksa kepatenan selang nasogastric (bila ada)

2. Terapeutik

  • Posisikan semi fowler (30-45 derajat) 30 menit 
  • Atur posisi pasien bila tidak sadar dan atau ganjal bantal pada pundak dengan posisi head tilt.
  • Pertahanakan kepatenan jalan nafas (mis. Tehnik head tilt chin lift, jaw trust, in line)
  • Lakukan penghisapan jalan nafas, jika produksi secret meningkat
  • Sediakan suction di ruang operasi (Recovery Room)

3. Edukasi

  • Ajarkan strategi mencegah aspirasi
  • Ajarkan teknik nafas dalam
 DAFTAR PUSTAKA
  • Ackley, B. J., Ladwing, G. B. & Making, M. B. F. (2017) Nursing Diagnosis Handbook An Evidence-Based Guide to Planning Care. 11 Ed. St. Louis. Elseiver.
  • Brukwitzki G, Holmgren C & Maibusch RM  (1996) Validation of the defining characteristics of the nursing diagnosis ineffective airway clearance. Nursing Diagnoses, 7, 63-69
  • Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA international Nursing Diagnoses: Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.
  • Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical surgical Nursing. Mosby: ELSIVER
  • Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

D. POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF

Merupakan suatu ventilasi atau pertukaran udara baik secara inspirasi dan atau ekspirasi tidak adekuat. maka akan terjadi peningkatan pada frekuensi, volume, irama, dan adanya usaha pernafasan.

Inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat

PENYEBAB :

  1. Depresi Nafas
  2. Hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan/efek obat relaxan)
  3. Deformitas dinding dada dan tulang
  4. Disfungsi neuro muskular
  5. Gangguan neurologis (mis. Elektroensefalogram (EEG) positif, cedera kepala, gangguan kejang)
  6. Imaturitas neurologis
  7. Obesitas
  8. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
  9. Sindrom hipoventilasi
  10. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)
  11. Cedera pada medulla spinalis
  12. Efek agen farmakologis ( obat anestesi, inhalasi anestesi & pelumpuh otot)
  13. Ancietas

GEJALA :

  • Data Subyektif : 
       - Dyspnea
       - Ortopnea
  • Data Obyektif :
       Dyspnea :
       - Penggunaan obat bantu pernafasan
       - Fase Ekspirasi memanjang 
       - Pola nafas abnormal ( mis. Takipnea, bradipnea, hyperventilasi, kusmaul, 
         cheyne-stokes)

       Ortopnea :
       - Pernapasan Pursed-lip
       - Pernapasan Cuping hidung
       - Diameter thorax anterior-posterior meningkat
       - Ventilasi semenit
       - Kapasitas vital menurun
       - Tekanan inspirasi/ekspirasi menurun
       - Ekskursi dada menurun

Kondisi Klinis Terkait :

  1. Depresi SSP (sistem saraf pusat)
  2. Cedera Kepala
  3. Pneomothorax
  4. Guillain barre syndrome
  5. Multiple sclerosisi
  6. Myastenia gravis
  7. CVA
  8. Kuadriplegia
  9. Intoksikasi alkohol
  10. Pengaruh obat anestesiologi

INTERVENSI

A. PEMANTAUAN RESPIRASI

  1. Observasi
    • Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
    • Monitor penggunaan alat bantu nafas (ETT/LMA)
    • Monitor pengggunaan obat anestesi
    • Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, KussmaulCheyne-Stokes, Biot, ataksik
    • Monitor kemampuan batuk efektif
    • Monitor adanya produksi sputum
    • Monitor adanya sumbatan jalan napas
    • Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
    • Auskultasi bunyi napas
    • Monitor saturasi oksigen
    • Monitor nilai AGD
    • Monitor hasil x-ray toraks
  2. Terapeutik
    • Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
    • Atur pemakaian obat / agen anestesi
    • Dokumentasikan hasil pemantauan
  3. Edukasi
    • Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
    • Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

B. MENEJEMEN JALAN NAPAS 

  1. Observasi
    • Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
    • Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing, ronkhi kering)
    • Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
  2. Terapeutik
    • Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma cervical)
    • Posisikan semi-Fowler
    • Lakukan penghisapan lendir bila perlu
    • Lakukan oksigenasi, bila perlu
    • Penghisapan endotrakeal
    • Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill
    • Berikan oksigen, jika perlu
  3. Edukasi
    • Anjurkan untuk nafas dalam
    • Ajarkan teknik batuk efektif
  4. Kolaborasi
    • Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
    • Kolaborasi dalam pemakaian obat anestesiologi

  DAFTAR PUSTAKA

  • Ackley, B. J., Ladwing, G. B. & Making, M. B. F. (2017) Nursing Diagnosis Handbook An Evidence-Based Guide to Planning Care. 11 Ed. St. Louis. Elseiver.
  • Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA international Nursing Diagnoses: Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.
  • Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical surgical Nursing. Mosby: ELSIVER
  • Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia


E. GANGGUAN VENTILASI SPONTAN

Gangguan ventilasi spontan merupakan penurunan cadangan energi yang mengakibatkan individu tidak mampu bernafas secara adekuat yang faktor penyebabnya dapat dilihat dari faktor ibu, faktor janin, faktor plasenta, faktor jenis kelamin, paritas, dan RAS

Penurunan cadangan energi yang mengakibatkan individu tidak mampu bernapas secara adekuat

Penyebab :

1. Gangguan metabolisme
2. Kelelahan otot pernafasan

Gejala :

Data Subyektif
  • Dispenea
Data Obyektif 

  • Penggunaan otot  bantu nafas meningkat.
  • Tidal Volume menurun.
  • PCO2 meningkatkan.
  • PO2 menurun.
  • SaO2 menurun.
  • Gelisah 
  • Tachicardia
Kondisi Klinis Terkait :

  • Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
  • Gagal nafas
  • Cedera Kepala
  • Astma bronchiale
  • Adult respiratory dystres syndroma (ARDS)
  • Persistent pulmonary Hypertension of newborn (PPHN)
  • Prematuritas
  • ISPA

INTERVENSI :

  1. DUKUNGAN VENTILASI

    Observasi

  • Identifikasi adanya kelelahan otot bantu nafas
  • Identifikasi efek perubahan posisi terhadap ststus pernafasan
  • Monitor status respirasi dan oksigenasi
  • Monitoring bila menggunakan alat bantu nafas (ETT/LMA)

    Terapeutik

  • Pertahankan kepatenan jalan nafas
  • Berikan posisi semi fowler atau fowler
  • Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
  • Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
  • Gunakan bag- valve mask, jika perlu
  • Berikan alat bantu nafas penggunaan ETT, LMA, bila perlu

    Edukasi

  • Ajarkan melakukan tehnik relaksasi nafas dalam
  • Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
  • Ajarkan tehnik batuk efektif

    Kolaborasi

  • Kolaborasi pemberian bronchodilator, jika perlu
  • Kolaborasi dalam pemberian alat bantu nafas
  1. PEMANTAUAN RESPIRASI

    Observasi

  • Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
  • Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot, ataksik
  • Monitor kemampuan batuk efektif
  • Monitoring Volume Tidal (dalam pemakaian ventilator)
  • Monitor adanya produksi sputum
  • Monitor adanya sumbatan jalan napas
  • Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
  • Auskultasi bunyi napas
  • Monitor saturasi oksigen
  • Monitor nilai AGD
  • Monitor hasil x-ray toraks

Terapeutik

  • Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
  • Kontrol volume tidal
  • Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

  • Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
  • Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

 

    Daftar Pustaka :

  • Ackley, B. J., Ladwing, G. B. & Making, M. B. F. (2017) Nursing Diagnosis Handbook An Evidence-Based Guide to Planning Care. 11 Ed. St. Louis. Elseiver.
  • Brukwitzki G, Holmgren C & Maibusch RM  (1996) Validation of the defining characteristics of the nursing diagnosis ineffective airway clearance. Nursing Diagnoses
  • Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA international Nursing Diagnoses: Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.
  • Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical surgical Nursing. Mosby: ELSIVER
  • Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia





Komentar

Postingan populer dari blog ini

gagal nafas

penyakit pada EKG